Salam hormat,
Perjalanan waktu memang membuat banyak orang cemas, bingung atau penasaran. Namun bukan waktu itu yang selalunya menjadikan kita kewalahan, tetapi peristiwa yang mengiringi perjalanan sang waktu itu!
(ii)
Saban pagi kita meninggalkan rumah untuk bergegas ke tempat kerja. Perjalanan, dekat atau jauh, hanya ukuran jarak. Jarak lokasi dan jarak masa. Yang penting, minda sering mengingatkan kita untuk sampai tepat waktu, atau awal sedikit daripada batas waktu ditetapkan, walau apapun situasinya. Itu kewajiban. Itu buah percaturan pertimbangan akalsihat. Dalam memaknakan kewajiban itulah kita akan mendepani karenah rentetan peristiwa dalam hidup kita.
Pun begitu, bukan suatu yang aneh untuk menyaksikan seseorang pekerja tidak mampu menepati waktu hadirnya. Dia mungkin dipayahkan oleh peristiwa waktu bangunnya, waktu mengurus persiapan bekerjanya, waktu memandunya di jalanraya, dan sebagainya. Peristiwa itulah yang tampaknya mengatur gerak langkahnya.
Kita tidak mungkin menguasai semua peristiwa dalam hidup kita. Kesesakan jalanraya atau tayar kereta yang pancit kerana objek tajam misalnya. Namun dalam banyak situasi, kita mampu menelaah setiap ragam peristiwa seharian kita dan mencorakkannya mengikut acuan permainan kita.
Apabila peristiwa dizinkan mengatur hidup seseorang dan memaksakan kehendaknya, keasyikan meladeninya akan menjadikannya tidak lagi akur pada keperluan berakalsihat dan pertanggungjawaban. Dan dia akan mulai belajar menjadi pencipta alasan untuk keasyikannya itu. Tanpa peduli sangat soal kewajiban yang akhirnya terbeban sebagai wahana harga dirinya.
(iii)
Di sekolah, seawal pagi lagi, guru-guru sudah bermain dengan waktu dan peristiwa. Berfungsi sebagai guru bertugas mingguan, atau sebagai pengendali majlis perhimpunan, sesi motivasi atau majlis tazkirah, atau sebagai guru mata-pelajaran, semua rentetan peristiwa itu perlu berjalan dalam kerangka kotak-kotak waktu yang ditetapkan, tanpa tolakansur. Sistem dan pertanggungjawaban yang mengaturnya begitu.
Kelangsungan peristiwa bukan dalam waktunya - sama ada mendahului atau melewati (kerana ketercepatan atau keterlewatan), menambahi atau mengurangi (kerana keghairahan atau kebosanan), apalagi menghindari peristiwa dan lingkungan waktunya - bukan saja akan menyulitkan murid dan guru lain yang terikat dengan komitmen peristiwa dan pertanggungjawaban masing-masing, tetapi turut merosakkan sistem nilai yang perlu dipertahankan sesebuah organiasasi. Apalagi untuk sebuah institusi bernama sekolah, dan digugat pula oleh pemikiran singkat dan tingkah ceroboh guru-guru sendiri.
Sebenarnya, dalam meladeni karenah peristiwa dan memenuhi kotak waktunya, tidak ada tempat untuk membenarkan tingkah yang salah oleh pemikiran yang keliru, jumud atau tidak berlandaskan kerangka akalsihat, meski atas alasan keperluan beragama atau keutamaan pendidikan itu sendiri. Sementara waktu tetap berjalan tanpa menoleh, kitalah yang perlu menguasai peristiwa yang mengiringinya, bukan sebaliknya. Usahlah cenderung berprasangka buruk terhadap pihak lain kerana kegagalan kita sendiri, apalagi menyalahkan sistem yang ada.
(iv)
Yang dahulu tetap perlu didahulukan. Yang utama tetap perlu diutamakan. Namun semuanya mestilah dalam kerangka peristiwa dan waktu yang membenarkannya. Peristiwa lewat sampai ke pejabat, atau lambat menyudahkan tugasan yang diamanahkan, yang dengannya bererti gagal memenuhi kotak waktu yang disediakan, tidak akan terjadi jika kita tidak terlibat dengan permainan karenah peribadi dan prasangka dalam mencorakkan peristiwa seharian kita dengan warna-warni pertanggungjawaban.
Demikianlah perangkap pemikiran dalam mendepani kelangsungan peristiwa dan perjalanan waktunya. Demikianlah jika kita hanya bermain-main dengan tanggungjawab dan kotak-kotak waktu, tidak menghormatinya atau menghargainya lagi.
______________________
- SEORANG AKU
No comments:
Post a Comment